A. Pengertian Harga
Menurut Kotler (2001:439) Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai tukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Monroe (1990) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga adalah salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak.
jadi dapat disimpulkan bahwa, harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa.
Dalam strategi
penentuan harga, manajer harus menetapkan dulu tujuan penetapannya. Tujuan ini
berasal dari perusahaan itu sendiri yang selalu berusaha menetapkan harga
barang dan jasa setepat mungkin. Banyak perusahaan yang mengadakan pendekatan
terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya.
Keputusan untuk
menetapkan harga sering melibatkan kepentingan pimpinan (top manager) terutama
untuk produk baru. Penentuan tingkat harga tersebut biasanya dilakukan dengan
mengadakan beberapa perubahan untuk menguji pasarnya, apakah menerima atau
menolak ?. Jika pasar menerima penawaran tersebut maka harga itu sudah sesuai.
Tetapi jika mereka menolak maka harga tersebut perlu diubah secepatnya. Jadi
ada kemungkinan keliru tentang keputusan harga yang diambil oleh manajer.
Sehingga kita
perlu meninjau apakah yang menjadi tujuan bagi penjual dalam menetapkan harga
produknya. Tujuan-tujuan tersebut adalah :
- Meningkatkan penjualan
- Mempertahankan dan memperbaiki market share
- Stabilitas harga
- Mencapai target pengembalian investasi
- Mencapai laba maksimum
Penetapan
harga barang dan jasa yang efisien sering merupakan masalah yang sulit bagi
sebuah perusahaan. Penetapan ini didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan
dan laba, tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai
dengan sifat produknya, pasarnya, dan tujuan perusahaan.Teknik yang sering dipakai dalam penetapan harga adalah :
TBE (Rp) = BTT dan TBE (unit)
= BTT
(1-(BV/P)) (H-BVR)
dimana :
TBE
= titik break even
BTT
= biaya tetap total
BV = biaya variabel
P = penjualan
H
= harga jual per unit
BVR = biaya variabel rata-rata
Untuk
meninjau break-even pricing secara lebih mendalam kita bisa mengadakan analisa tabuler. Volume break-even
diperoleh dari pembagian antara biaya tetap total dengan marjin yang ada pada
setiap tingkat harga.
Kemungkinan
masalah yang paling serius dalam penetapan harga break-even ini adalah masalah
kurangnya permintaan. Penentuan harga yang optimal sangat dipengaruhi oleh
hubungan antara harga jual eceran dengan jumlah produk X yang akan dibeli oleh
konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ini antara lain:
• Faktor saingan
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.
C. Metode Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan
Metode
ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan preferensi pelanggan daripada faktor-faktor
seperti biaya, laba dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri berdasarkan
pada berbagai pertimbangan diantaranya adalah:
- Kemampuan pelanggan untuk membeli (daya beli)
- Kemampuan pelanggan untuk membeli
- Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari.
- Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan
- Harga produk
- Pasar potensial bagi produk tersebut.
- Sifat persaingan non-harga
- Perilaku konsumen secara umum.
- Segmen-segmen dalam pasar.
Skiming pricing. Strategi ini diterapkan
dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru atau inovatif
selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi
ini baru bisa berjalan dengan baik bila konsumen tidak sensitif terhadap harga,
tetapi lebih menekankan pertimbangan-pertimbangan kualitas, inovasi dan
kemampuan produk tersebut dalam memuaskan kebutuhannya. Bila segmen pasar yang
tidak sensitive terhadap harga ini telah terpuaskan (dilayani dengan baik),
maka perusahaan akan menurunkan harganya untuk menarik segmen pasar lainnya
yakni segmen yang lebih sensitif terhadap harga modifikasi produk.
Penetration pricing. Dalam
strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga
rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam
waktu yang relatif singkat. Selain itu strategi ini juga bertujuan untuk
mencapai skala ekonomis dan mengurangi minat dan kemampuan pesaing, karena
harga yang rendah menyebabkan marjin yang diperoleh tiap perusahaan menjadi
terbatas.
Prestige pricing. Harga
dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas atau prestise suatu barang/jasa. Dengan
demikian bila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan
terhadap produk tersebut akan turun. Prestige
pricing merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga
konsumen yang peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk dan kemudian membelinya.
Produk-produk yang sering dikaitkan dengan prestige
pricing antara lain permata, berlian, parfum, poerselin, limoosin, jaket
kulit dan lainnya. Produk-produk tersebut malah akan sulit laku bila dijual
dengan harga murah.
Price-lining pricing. Digunakan
apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu jenis. Harga untuk lini
produk tersebut bisa bervariasi dan diterapkan pada tingkat harga tertentu yang
berbeda. Misalnya harga lini produk kamar hotel untuk room rate pada tahun 1998
ditetapkan pada tingkat harga standar Rp 65.000,- sampai dengan super deluxe Rp
100.000,-
Odd-even pricing. Bila
kita masuk ke supermarket sering kali kita menemui barang yang ditawarkan
dengan harga yang ganjil, misalnya Rp 2.975,- dan Rp 9.975,- . pertanyaan yang
bisa muncul adalah bukankah harga-harga tersebut sebenarnya sama Rp 3000,- dan
Rp 10.000,- ? Apalagi saat ini sulit untuk mencari uang kembalian Rp5,- dan Rp25,-
bahkan sering sekali diganti dengan permen. Harga-harga tersebut ditetapkan
dengan metode odd-even pricing yakni
harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Masih banyak kelompok
kosumen yang menganggap bahwa harga Rp 9.975,- masih dibawah Rp10.000,- artinya
bila dibayar dengan Rp10.000,- masih ada kembalian.
Demand-backward pricing. Perusahaan
memperkirakan suatu tingakat harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk
produk-produknya yang relative mahal seperti halnya shopping good. Kemudian perusahaan yang bersangkutan menentukan
marjin yang harus dibayarkan kepada wholesaler
dan retailer. Setelah itu barulah
harga jualnya dapat ditentukan. Jadi proses ini belajar kebelakang sehingga
istilahnya disebut demand-backward pricing.
Berdasarakan suatu target harga tertentu, kemudian perusahan menyesuaikan
kualitas komponen-komponen produknya. Dengan kata lain, produk didesain
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi target harga yang ditetapkan.
Bundle-pricing.
Merupakan strategi pemasaran dua atau lebuh produk dalam satu harga paket.
Misalnya agen perjalanan menawarkan paket liburan yang menyangkut transportasi,
akomodasi dan kosumsi. Bundle-pricing
didasarkan pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai paket tertentu
secara keseluruhan dari pada nilai masing-masing item secara individual.
Strategi ini memberikan manfaat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat
menghemat biaya total sedangkan penjual dapat
menekan biaya pemasaran.
JSTOR, LLC. Profile | LinkedIn
BalasHapusJSTOR, 제이티엠허브출장안마 LLC. Gambling and 밀양 출장샵 gaming company, 논산 출장안마 headquartered in 익산 출장안마 Birmingham, United Kingdom, 공주 출장샵 is located in 18th Address: 9200 Norwich RoadJWT Limited (JWT